Monday, January 28, 2008

Raker bersama Coach Carter

Minggu lalu, gue ikut raker bareng temen-temen InfoBank selama tiga hari di Puncak. Tepatnya di Villa Talita, Ciloto. Mulai hari pertama (Jumat), acara full diisi dengan rapat, rapat, dan rapat lagi. Dari pagi sampai jam 10 malem. Ga lama setelah gue duduk di ruang rapat, gue langsung terkantuk-kantuk.. Dingin-dingin kaya gitu enaknya mah duduk-duduk santai sambil menikmati keindahan alam ditemani secangkir teh susu anget plus cemilan..

Selesai rapat, sepertinya badan gue udah terlalu malas buat diajak jalan-jalan. Apalagi, gue dapet villa yang letaknya paling tinggi. Banyak anak tangga harus gue tapaki sekadar untuk ganti baju atau istirahat sejenak. Untungnya, dari teras villa, gue bisa nikmatin pemandangan hampir seluruh Puncak. Kalo malem, pemandangannya indah banget. Lampu-lampu bersinar mungil seperti ribuan kunang-kunang.

Rapat selesai di hari kedua. Sisa waktu dimanfaatin untuk acara perpisahan teman-teman yang mau pensiun.. Gonna miss u BUNDA ‘n BABE. Minggu pagi, gue mengawali hari dengan bangun kesiangan, hehehe… rasanya badan ringsek semua. Pegelnya ga nanggung-nanggung. Alhamdulillah gue masih sempat sarapan dan ga ketinggalan coaching-nya Pak Handoko Wignjowargo dari MAESTRO.
Sepertinya Pak Handoko ini paham banget kalo kami bakal bosen dengerin orang ngomoooong selama berjam-jam. Malah ga jarang juga yang sampai ketiduran sambil duduk. Makanya, dia presentasi dengan diselingi nonton DVD. Filmnya dipilih yang sesuai tema coaching, yaitu motivasi diri untuk meningkatkan semangat dan kinerja karyawan (ehee..mm).

Jadi deh kami nonton film bareng, COACH CARTER, yang diangkat dari kisah nyata. Biarpun film lama (tayang 2005), film ini tetep ga basi untuk dibahas, apalagi gue (dan kebanyakan temen gue) juga blom nonton. Coach Ken Ray Carter diperankan Samuel L. Jackson. Dia adalah pelatih basket yang unik. Kenapa dibilang begitu? Karena, dia ga cuma fokus menggembleng anak asuhnya latihan basket, tapi mementingkan pendidikan mereka. Caranya itu menuai kritik sekaligus pujian karena dia tinggal di lingkungan kulit hitam yang identik dengan berandalan, tindak kriminal, dan masyarakat yang ga peduli sama nilai akademis.

Kisah Coach Carter ini sangat inspiratif dan bukan tipikal film bertema olah raga yang hiperbolis. Menurut gue, film ini bagussss banget.. Gue bisa belajar banyak hal dari film ini. Soal semangat mencapai tujuan, bekerja sama dengan rekan (kerja), ga gampang nyerah dan putus asa, dan berempati sama orang lain. Intinya begini, kalo mau sukses, kita harus berusaha dengan gigih, tanpa membuang empati pada orang lain. Dan, orang yang dah berusaha sekuat tenaga pun mungkin aja gagal, tapi kegagalan itu tidak membuatnya jadi pecundang, dia tetap akan dikenal sebagai pejuang.

"Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our dark that most frightens us.." (Timo Cruz, salah satu tokoh film ini)

2 comments:

Anonymoussaid...

ditunggu cerita2 perubahan di Infobank setelah raker ;)

dee said...

hahahahaha...*ketawa ironis.com
tunggu saja tanggal mainnya bo..

Post a Comment

 
© free template by Blogspot tutorial