Aishiteru

Curhat ternyata ga cuma bisa dilakukan di diary dan blog. Saat menye-menye karna lagi fall in love ataw broken heart, lagi sebel sama temen ataw kakak adek, sewaktu kantong kering kerontang alias bokek, kita sering menuangkan “aaarrrgghhh” menjadi tulisan, terlebih orang yang males bla..bla..bla.. berjam-jam di telepon.

Media ekspresi diri bukan cuma di selembar kertas. Orang juga sering mengekspresikan perasaannya di tembok berupa grafiti ataw kanvas berupa lukisan. Zaman dulu, orang terbiasa mencatat berbagai informasi, pengetahuan, tulisan religius, fabel, de el el di berbagai media seperti pelepah, daun lontar, dan batu. Sekarang, semua itu jadi koleksi berharga museum dan perpustakaan nasional.

Cuma itu? Nop.. Kemaren gue ngakak terkakak-kakak baca curhatan seorang cewe (atau cowo yah) di selembar uang kertas seribuan buluk yang gue dapet (kembalian) dari tukang es kelapa muda. Curhatnya panjang juga loh sampe bolak-balik. Bahasanya puitis mendayu-dayu, tapi kocak.. Mungkin, dia berharap, orang yang dicintainya itu tau isi hatinya setelah baca curhatannya di uang seribuan. Eeeeh, tau-taunya uangnya malah nyasarnya ke gue.

Tulisan di lembar depan:
“Kenangan dari orang yang aku sayangi dan aku cintai. Uang ini gak akan aku jajanin sampe aku pulang dari Jakarta. Karena aku nanti merindukannya. Aku sayang banget sama orang yang telah memberikanku cinta. Aku sangat bahagia sekali, aku sedih harus meninggalkan orang itu, sangat baik padaku. Aku sangat sayang kepadanya.”

Tulisan di lembar belakang:
“Aku dtg ke Jakarta tanggal 21-06-2008, Sabtu. Aku pulang ke Jambi tanggal 02 (..) 2009.”


Hihihi..
Katanya ga mo dijajanin uangnya..? Nah ini dah sampe ke tukang es kelapa, trus sampe ke tangan gue.. :p