SELAMAT HARI LINGKUNGAN HIDUP
Yang jatuh tepat tanggal 5 Juni. Sudah saatnya kita lebih care sama lingkungan kita. Pastilah, coz kita tinggal dan hidup di sini. Ini rumah kita. Apalagi, Indonesia baru aja masuk guiness book of record dan dianugerahi gelar sebagai perusak hutan tercepat dan terbesar di dunia. Please deh apa ngga ada gelar yang lebih bagus lagi tuh..? Perfect..
Ga salah kok kalo negeri kita ini dimahkotai sebagai perusak. Menurut berbagai sumber, seperti Tempo, Walhi, dan WFI, setiap menit, hutan Indonesia hilang lebih luas dari 13 lapangan bola. Belom lagi kebakaran luar biasa yang bikin hutan di Kalimantan meranggas. Ga aneh kalo Indonesia yang hijau ini lama-lama botak dan tandus. Asap hasil kebakaran itu juga bikin polusi udara. Imbasnya, penduduk lebih mudah terserang penyakit, terutama masalah pernapasan.
Coba bayangin kalo waktu kita bangun tidur, tiba-tiba kita sadar hutan Indonesia seluas 6.240 lapangan bola telah musnah. Seorang temen yang lebih paham soal lingkungan hidup bilang, kalo bener begitu, dalam sehari berarti 18.720 lapangan bola yang hilang. Dibakar orang. Hangus dan tinggal dahan-dahan kering aja. Gila kan, hutan yang tadinya fungsional untuk keseimbangan alam, sekarang malah keliatan kaya onggokan sampah. Masih ditambah dengan illegal logging. Phuiiih, dasar serakah!!
Inget ga beberapa bulan lalu, di sekitar Ciputat, Bintaro, dan Jakarta Selatan pada umumnya pernah ujan es. Perusakan lingkungan berdampak juga pada iklim. Salah satunya hujan es itu. Istilah kerennya, anomali cuaca—mengutip omongan temen gue itu. Dan, yang bikin sedih, dah mule banyak spesies yang punah. Misal, ikan dan serangga-serangga cantik, seperti kupu-kupu. Bukan kecoak ya..Si jelek itu pengennya gue punahin aja. Tapi, takut juga, sapa tau dia punya andil juga untuk keseimbangan alam.
Wah, kok jadi emosi ya..maap..maap. Mungkin solusinya—walau terdengar klise banget, kepedulian pada alam harus dimulai dari diri sendiri. Lingkungan tempat tinggal sendiri. Misalnya, dengan menghijaukan halaman dan mempercantik sudut-sudut rumah dengan pot-pot berisi bunga warna-warni. Rumah atau lahan yang sempit bukan alasan. Pot bunganya kan ga perlu yang gede, guys.. Cukup yang mini-mini aja. Itu dah cukup kok. Ataw, beli aja pot gantung.. Untungnya bokap nyokap gue suka berkebun. At least, rumah gue hijau.
5 comments:
dee, yg terakhir itu gambar halam rumah lo? hijau segar euy!
oh ya, slain mulai ikut menanam, kita juga hrs mengurangi penggunaan kertas dan tisu. Klo bs print-an cuman mo dibaca ato dikoreksi doang (bukan buat laporan, etc) di-print di kertas bekas aja. Trus klo ga perlu2 bgt, ga usah pake tisu (klo pun pake, hemat2in aja). Soalnya penebangan hutan berbanding lurus dg permintaan konsumen thd produk2 dr hasil hutan tsb.
iya, itu halaman rumah gue..thx to bokap nyokap gue ;p
SETUJU, biarpun sekarang gue masih jadi pengguna produk2 dari hasil hutan. Ironis yaa...
Kamu benar, kita ini emang parah merawat berkah semesta yang kaya ini. Gak bisa ngerawat. Padahal jutaan spesies flora dan fauna itu ada di negeri kita yang dulu katanya seperti zamrud ini.
Non, pernah baca novel Celestine Prophecy-nya James Redfield? Pas banget dibaca di hari lingkungan.
to zen: blom pernah baca buku itu. pengen deh cari..smg di gramed ada ya..thx infonya ya zen..
Manusia hanya butuh waktu 200 tahun untuk merusak bumi yang telah berusia milyaran tahun. Ironis bukan?
Post a Comment